Dia Memilih Sahabatku
“Selamat
pagi Clara” sapaku
“Selamat pagi” jawabnya
“Baca buku apaan?” tanyaku
“Novel,
kasih tak sampai” jawabnya sambil menatap novel yang dibacanya
Tak
lama kemudian kelas mulai ramai, terlihat pula Zhaky dan Stive datang bersama.
Zhaky dan Stive merupakan sahabat
baikku, aku bersahabat dengan mereka dari SD, kami memiliki band yang bernama
Brandal’s Band. Zhaky dan Stive datang menghampiriku
“Tumben
loe datang pagi-pagi?” tanya Stive
“Motor
gue rusak, jadi gue diantar bokap” jawabku
“Yaudah,
entar pulang sekolah bareng gue aja, sekalian kita latihan band di rumah” ujar
Zhaky.
“Ok”
jawabku singkat.
Bel
pelajaran berbunyi, tak lama kemudian
guru mata pelajaran datang. setelah pelajaran usai Aku, Zhaky dan Stive
berjalan menuju kantin.
“Mau
makan apa? Tenang, gue yang bayar” ujar Stive berlaga sombong
“Bakso
aja” kata Zhaky,
“Yaudah
sana, cepetan! perut gue udah keroncongan nih” kataku menyuruh Stive. Aku dan Zhaky
mengambil tempat duduk, aku terkejut sekaligus senang ketika melihat Clara
duduk di meja sebelah, posisinya pas berhadapan denganku namun dia tidak
melihatku, dia asik bercerita sambil makan gorengan. Lima menit kemudian Stive
datang dengan membawa 3 mangkok bakso
“Nih
baksonya” kata stive mengagetkanku
“Ekh
iyya” kataku kaget
“Ngelamunin
apa lo?” tanya Zhaky
“Mmm..
ngak.. ngak ada kok!” jawabku terbata-bata
“Pasti
lagi mikirin seseorang!” kata stive meledek
“Akh,
enggak kok” jawabku singkat sambil memakan bakso.
Seusai
makan kami kembali ke kelas. Waktu pulang pun tiba, kami bergegas menuju rumah
Zhaky. Setibanya di rumah Zhaky kami segera masuk ke rumah
“Selamat
siang tante” kataku menyapa tante Viona yang tengah duduk membaca majalah di
ruang tamu
“Siang,
ekh...! kalian latihan Band lagi hari ini?” Tanya tante Viona terkejut
“Iyya
mah, Pensi udah dekat soalnya, jadi kami latihan lebih giat lagi” kata Zhaky
“Mmm..
yaudah sana, mama siapin makan siang dulu buat kalian”
“Ngak
usah repot-repot tante, kami udah makan kok tadi di sekolah!” kata Stive
“Ngak
apa-apa kok” ujar tante Viona sambil berjalan ke dapur.
Kami
bergegas menuju studio mini yang ada di rumah Zhaky. Kami latihan band selama
beberapa menit, tak lama kemudian tante Viona memanggil kami untuk makan.
Seusai makan Aku dan Stive berpamitan kepada Zhaky dan mamanya.
“Kami
pulang dulu tante”
“Hati-hati
dijalan yah!”
Sesampaiku di rumah, aku langsung
menuju ke kamar menggati pakaian dan langsung berbaring diranjang. Aku terus
membayangkan wajah Clara yang begitu cantik,
”Betapa
beruntungnya aku jika bisa berpacaran dengannya” kataku dalam hati. Aku terus
berkhayal hingga tertidur. Setelah beristirahat aku, langsung mencuci muka dan
mengambil sepeda yang ada di garasi, kukayuh pedal sepadaku menuju taman yang
tak jauh dari kompleks rumahku. Aku terhenti saat melihat seseorang yang tak
lagi asing bagiku. Tarnyata itu adalah Clara yang tengah duduk membaca buku di
taman, Tanpa pikir panjang aku langsung menghampirinya.
“Selamat
sore neng cantik”, kataku dengan senyum.
Tapi
dia tidak merespon dan tetap saja membaca sebuah novel. Sekali lagi aku mengulangi
sapaanku.
“Sore
neng cantik”
“Iya
ada apa?”, katanya sambil menatap novel yang dibacanya.
“Ngak,
Cuma mau ngajak ngobrol sambil jalan-jalan kita di taman ini. Lagi pula ngak
enak kalau suasananya begini-begini aja”, pintaku
“Ok..
ayo”, katanya dengan lembut.
Kami
berjalan mengelilingi taman, aku mulai membuka topik pembicaraan. Aku
menanyakan banyak hal kepadanya. Dan kami selalu menyelingi pembicaraan kami
dengan candaan yang cukup untuk mengocok perut hingga sakit. Sekarang sang
mentari akan kembali ke peraduannya. Aku mengantar Clara pulang ke rumahnya
dengan memakai sepeda. Arah rumah kami searah, rumah Clara berada di depan
kompleks sedangkan rumahku ada di lorong kedua sebelah kanan di kompleks tempat
tinggalku. Sesampai di depan rumah Clara kami berhenti dan menyempatakan diri
untuk bercanda sebentar.
”Aku
pulang dulu yah, udah magrib nih” kataku dengan senyum.
“Hati-hati
dijalan yah”, ujarnya sembari tersenyum dan melambaikan tangannya.
Di
perjalanan, aku hanya bisa berkata
“Baru
kali ini aku bisa dekat dengannya”.
Kini
aku menggayuh pedal sepedaku lebih cepat di jalan yang sepi dan sedikit
penerangan dari lampu jalan yang mulai redup dan di kerumuni serangga. Aku
sampai di rumah dengan nafas yang terengah-engah, aku segera masuk ke rumah dan
mengambil segelas air putih untuk melepas dahaga yang melanda tenggorokanku.
Keesokan paginya, aku datang ke
sekolah dengan mengendarai motor yang baru selesai diperbaiki. Ditengah perjalanan
aku melihat Clara yang tengah menunggu Bis sekolah, spontan saja aku berhenti
di depannya dan menawarinya tumpangan.
“ayo
naik, dari pada nunggu bis yang belum datang”
“iya,
terima kasih” katanya menerima tawaranku.
setelah
memarkir motorku aku berjalan menuju kelas, tiba-tiba Zhaky mengagetkanku “Tadi
lo bonceng Clara yah?”
“iya,
tadi gue ngeliat dia lagi nunggu bis, jadi gue tawari tumpangan aja.” Jelasku
sambil berjalan
“Jangan
bilang lo suka sama dia!” katanya
“Kenapa
emangnya?” tanyaku
“Yaudah
tembak aja, sebelum diambil orang.”
“Santai
bro, PDKT aja dulu”
“diambil
orang baru tau rasa lo” katanya kemudian berlari menuju kelas.
Bel jam pelajaran berbunyi, aku
bersama teman-temanku berjalan menuju lapangan untuk berolahraga. Hari itu
matahari matahari bersinar dengan teriknya padahal baru jam 8 pagi, panasnya
menembus baju olahragaku, dan tepat masuk menjilati kulitku. Aku bersama
teman-temanku duduk dibawah pohon yang rimbun sambil bernyanyi ria dan sesekali mengibas-ngibaskan tangan yang
diiringi keluhan-keluhan, ada juga yang mengambil dedaunan lalu menjadikannya
kipas. Aku beranjak dari tempat dudukku dan berjalan menuju lapangan
meninggalkan teman-temanku. aku berdiri di samping Clara, tiba-tiba ia jatuh
pinsang. Aku segera mengangkatnya dan membawanya ke ruang UKS. Aku
membarinkannya di atas ranjang dan segara pergi membeli air minum untuknya.
Setelah membeli air aku bergegas menuju ruang UKS, Hatiku langsung hancur ketika
melihat Stive memegang tangan Clara yang sedang terbaring lemas, aku cemburu
melihatnya dan segera keluar dari ruangan itu. Tak lama kemudian Stive keluar
dari UKS aku segera menariknya kebelakang gedung UKS
“Eh,
lo tadi ngapain megang-megang tangan Clara?”, tanyaku penuh emosi
“Kenapa
emangnya, Ngak boleh?”
“Yah
nagk boleh lah, DIA TUH GEBETAN GUE” kataku dengan lantang
“Baru juga gebetan belum pacar! Jadi lo ngak
ada hak buat melarang-larang gue”
“Apa-apaan
sih kalian, masa gara-gara satu cewe aja kalian pertengkarkan, kayak ngak ada
perempuan lain aja di dunia ini selain Clara”, kata Zhaky yang tiba-tiba muncul
entah dari mana
“Eh,
lo ngak usah ikut campur! Ini urusan kami berdua” ujar stive
“Gue
cuma mau bilagi ke lo berdua!, kita ini bersahabat udah lama masa gara-gara
satu perempuan aja kalian berantem!” ujar Zhaky
“DIAM
LO” kataku membentak Zhaky
“Akh,
malas hadapin kalian” kata Zhaky seraya meninggalkan kami berdua
“Awas
ya kalo lo berani dekatin Clara lagi, gue hajar lo” kataku pergi meninggalkan
Stive
“Emang
gue takut sama lo“ katanya menantang.
Setelah
sampai di rumah, aku langsung berbaring di ranjang, ku raih Hp yang ada di saku
celanaku, ku mengirimi Clara sebuah pesan singkat
“Ntar
sore kita ketemuan di taman yah neng cantik”.
Sekitar
jam 3 sore aku bersiap-siap ke taman, tak lupa aku membawa bunga mawar untuk
Clara, rencananya aku mau menyatakan perasaanku hari ini. Tiba-tiba Hpku
berbunyi, aku mengira itu pesan singkat dari Clara namun dugaanku salah, ternya
itu pesan singkat dari Zhaky yang mengajakku latihan band di rumahnya. Aku
bergegas ke taman tanpa memperdulikan pesan singakat dari Zhaky yang aku
pikirkan hanyalah Clara. Hampir dua jam aku menunggu Clara di taman, namun dia
tidak datang sama sekali, aku sangat kecewa kepadanya. Aku membuang mawar yang
sengaja kubawa untuknya. Dengan penuh rasa kecewa aku pergi ke rumah Zhaky yang
tandinya mengajakku latihan band, namun Zhaky marah-marah kepadaku karena aku
datang terlambat.
“Kenapa
lo baru datang sekarang, udah jam berapa?” katanya penuh amarah
“Jangan
Cuma salahin gue dong, Stive juga ngak datang kok”
“akh,
terserah lo deh, males gue begini terus, sekalian aja kita ngak usah tampil di
Pentas besok” kata Zhaky dengan nada tinggi
“terserah
lo” kataku pergi meninggalkannya.
Hari
berlalu begitu cepat, hari itu aku berangkat kesekolah agak kesiangan. Setibaku
di sekolah aku melihat Stive dan Clara sedang berduaan, Zhaky datang
menghampiriku dan berkata
“Udah
bro, dia bukan jodoh lo” aku hanya terdiam etika mendengarkan kata-kata Zhaky
”mungkin
lo benar” kataku merangkul bahu Zhaky sambil berjalan menuju kelas.
Ketika kita harus memilih antara cinta atau
sahabat, itulah pilihan yang sulit, tapi kita harus memilih walau itu sulit.
Aku memutuskan untuk meminta maaf kepada Stive dan merelakan Clara bersamanya.
“maafin
gue ya bro, seharusnya gue ngak menyalahkan lo” kataku sambil mengulurkan
tangan
“iyya,
gue juga minta maaf” seraya menjabat tanganku.
“Nah,
gitu dong, kan enak kelihatan” kata Zhaky
“ekh
maaf yah, gara-gara kami berdua kita ngak jadi tampil di Pensi” ujar Stive
“iya,
ngak apa-apa, yang penting kalian udah ngak berantem lagi”
“tenang
aja bro masih banyak kompetisi-kompetisi lainnya kok” lanjutnya.
Aku
dan Stive berbaikan kembali. Kami kembali kompak seperti biasanya dan aku sudah
merelakan Clara menjadi milik sahabatku Stive. Aku tak pernah menyesal
mencintai Clara walau cintaku bertepuk sebelah tangan.
=’= END =’=
"Cerita ini merupakan Tugas akhir Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, pada saat aku masih SMA tahun 2015"
Komentar
Posting Komentar