Resiko Pasien Jatuh
MAKALAH
RESIKO PASIEN JATUH
Makalah ini di buat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pasien Sefty
Dosen
Hj. Jusnah,
S.Kep., Ns.
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
MUH. Faisal amir
Asniar
a. Syamsusiana
Ayu aprillia
Santi
permatasari
AKADEMI KEPERAWATAN
BATARI TOJA WATAMPONE
TAHUN 2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Alah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat
meyelesaikan makalah “Resiko Pasien Jatuh” ini dalam waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada rasulullah SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang
terang benderang. Dengan adanya penulisan makalah ini semoga dapat membantu dalam
pembelajaran kita dan bisa menyelesaikan masalah-masalah, yang khususnya dalam
ruang lingkup ilmu
keperawatan. Disamping itu saya menyadari
bahwa mungkin terdapat banyak kesalahan
baik dari penulisan ataupun dalam penyusunannya yang
tidak saya ketahui.
Penulispun menyadari bahwa susunan
pembuatan makalah ini belum mencapai hasil yang sempurna. oleh karena itu,
kritikan dan saran sangat diharapkan yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.
Akhir
kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga makalah ini dapat membantu
pembaca dalam mengupas imajinasi mengenai hal-hal yang masih belum diungkapkan
dalam membahas Resiko Pasien Jatuh.
Watampone, 24 November 2016
Penyusun
Kelompok 3
Daftar
Isi
Kata Pengantar.................................................................................................................... 1
Daftar Isi.................................................................................................................... ......... 2
Bab I Pendahuluan
a. Latar
Belakang........................................................................................................ 4
b. Rumusan
Masalah.................................................................................................... 5
c. Tujuan
Penulisan...................................................................................................... 5
Bab II Pembahasan
a. Definisi....................................................................................................................
b. Faktor
Resiko..........................................................................................................
c. Pengkajian
Pasien Resiko Jatuh...............................................................................
d. Klasifikasi
Tindakan Sesuai Skor Keparahan..........................................................
e. Alat
Bantu Assesment.............................................................................................
f. Pencegahan
Pasien Jatuh.........................................................................................
g. SPO
Sasaran Keselamatan.......................................................................................
h. Komplikasi...............................................................................................................
i.
Pengurangan Resiko jatuh Pada Pasien Di
Rumah Sakit........................................
Bab III Penutup
a. Kesimpulan..............................................................................................................
b. Saran........................................................................................................................
Daftra Pustaka.....................................................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Tenaga keperawatan merupakan salah satu bagian dari
tenaga kesehatan secara umum. Tenaga kesehatan secara umum, terdiri dari:
tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga paramedis non-keperawatan dan tenaga
non medis. Tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit, dari semua katagori,
tenaga perawatan merupakan tenaga terbanyak dan waktu kontak lebih lama dengan
pasien dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang lain, serta berada pada semua
setting pelayanan kesehatan sehingga tenaga perawatan mempunyai peranan penting
terhadap mutu pelayanan di rumah sakit. Kerja keras perawat tidak dapat
mencapai level optimal jika tidak didukung dengan sarana prasarana, manajemen
rumah sakit dan tenaga kesehatan lainnya.
Keselamatan (safety) telah menjadi isu
global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait
dengan keselamatan di rumah sakit yaitu keselamatan pasien (patient safety)
, keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan
peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan
petugas, keselamatan lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan
dan keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah
sakit.
Oleh karna itu diperlukan adanya suatu sasaran dari
keselamatan pasien yang mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
Definisi Resiko Pasien Jatuh?
2. Apa
Faktor Resiko Jatuh?
3. Bagaimana
Pengkajian Pasien Resiko Jatuh?
4. Apa
Klasifikasi Tindakan Sesuai Skor Keparahan?
5. Apa
Saja Alat Bantu Assesment?
6. Bagaimana
Pencegahan Pasien Jatuh?
7. Bagaimana
SPO Sasaran Keselamatan?
8. Apasaja
Komplikasi?
9. Bagaimana
Cara Pengurangan Resiko jatuh Pada Pasien Di Rumah Sakit?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
Mengetahui Definisi Resiko Pasien Jatuh
2. Untuk
Mengetahui Faktor Resiko Jatuh
3. Untuk
Mengetahui Pengkajian Pasien Resiko Jatuh
4. Untuk
Mengetahui Klasifikasi Tindakan Sesuai Skor Keparahan
5. Untuk
Mengetahui Alat Bantu Assesment
6. Untuk
Mengetahui Pencegahan Pasien Jatuh
7. Untuk
Mengetahui SPO Sasaran Keselamatan
8. Untuk
Mengetahui Komplikasi
9. Untuk
Mengetahui Cara Pengurangan Resiko jatuh Pada Pasien Di Rumah Sakit
A.
Definisi
Jatuh adalah masalah yang
umum, terutama pada manula – mereka yang sudah lanjut usia pada kisaran 65
tahun atau lebih. Rumah sakit acap menerima anggota masyarakat yang sudah sepuh
ini sebagai pasien di tempat mereka, baik mereka yang datang hanya sekadar
berkonsultasi masalah kesehatan, atau datang melalui layanan gawat darurat,
hingga mereka yang menjalani rawat inap di rumah sakit. Mereka semua adalah
yang umumnya paling berisiko mengalami jatuh di rumah sakit. Tapi tentu saja
ada kelompok pasien lainnya yang juga memiliki risiko jatuh yang tinggi.
B. Penggunaan
Fall
risk assessment di gunakan pada :
·
Pasien yang akan
dirawat inap di rumah sakit
·
Pasien yang akan
dipindahkan dari satu unit ke unit yang lain
·
Pasien yang dirawat
inap lebih dari 2 minggu, dilakukan secara regular
·
Pasien dengan riwayat
jatuh sebelumnya
·
Pasien yang
kondisinya berubah menjadi lebih buruk
·
Setelah pergantian
perawat
C. Faktor Resiko
1. Faktor intrinsik
Faktor instrinsik adalah
variabel-variabel yang menentukan mengapa
seseorang dapat jatuh pada waktu tertentu
dan orang lain dalam kondisi yang sama mungkin tidak jatuh
(Stanley, 2006). Faktor intrinsik tersebut antara lain adalah gangguan
muskuloskeletal misalnya menyebabkan gangguan gaya berjalan, kelemahan
ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope yaitu
kehilangan kesadaran secara tiba-tiba yang disebabkan oleh
berkurangnya aliran darah ke otak dengan gejala lemah,
penglihatan gelap, keringat dingin, pucat
dan pusing (Lumbantobing, 2004).
2. Faktor ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan
faktor dari luar (lingkungan sekitarnya) diantaranya cahaya
ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, tersandung
benda-benda (Nugroho, 2000). Faktor-faktor ekstrinsik
tersebut antara lain lingkungan yang tidak
mendukung meliputi cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, tempat
berpegangan yang tidak kuat, tidak stabil, atau tergeletak di
bawah, tempat tidur atau WC yang rendah atau
jongkok, obat-obatan yang diminum dan alat-alat bantu
berjalan (Darmojo, 2004).
a) Akibat Jatuh
Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera,
kerusakan fisik dan psikologis. Kerusakan fisik yang paling
ditakuti dari kejadian jatuh adalah patah tulang panggul. Jenis
fraktur lain yang sering terjadi akibat jatuh adalah fraktur
pergelangan tangan, lengan atas dan pelvis
serta kerusakan jaringan lunak. Dampak psikologis
adalah walaupun cedera fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh dan
rasa takut akan jatuh lagi dapat memiliki banyak konsekuensi termasuk
ansietas, hilangnya rasa percaya diri, penbatasan dalam
aktivitas sehari-hari, falafobia atau fobia jatuh
(Stanley, 2006).
Sasaran keenam pada bab ketiga panduan Akreditasi
Rumah Sakit oleh KARS dinyatakan sebagai “Pengurangan Risiko Pasien Jatuh”.
Saya sendiri lebih suka menyebutkan sebagai “Risiko Jatuh Pasien” – mungkin
mengikuti pola bahasa kita.
Dalam mencapai sasaran tersebut, maka pada umumnya
rumah sakit diharapkan untuk:
1)
Mampu melakukan
pengkajian (penilaian = assessment) sedini mungkin risiko jatuh
pasien, dan melakukan pengkajian ulang jika diindikasikan demikian, misalnya
jika terjadi perubahan kondisi, atau mendapatkan obat yang bisa meningkatkan
risiko jatuh si pasien.
2)
Pada pasien yang
diidentifikasi memiliki risiko jatuh, maka dinilai apakah perlu dilakukan
intervensi atau tidak, jika seandainya perlu, maka ada prosedur untuk hal
tersebut yang dikenal sebagai pencegahan jatuh pada pasien.
3)
Saat intervensi atau
prosedur tersebut dilakukan, maka perlu dilakukan pengawasan, tentu saja juga
melalui pendokumentasian; apakah cara yang dilakukan berhasil, dan apakah cukup
efektif.
Rumah sakit juga
perlu menetapkan kebijakan serta panduan dalam mendukung pencapaian sasaran
ini. Terutama dalam hal melindungi pasien yang ada di lingkungan rumah sakit. Sehingga
sebenarnya sebuah panduan mengenai pengkajian dan pencegahan jatuh pada pasien
hanya berkutat pada empat penekanan itu. Dan dokumentasi yang diperlukan
umumnya berupa yang mengarah pada “pengkajian” saja, dan yang mengarah pada
“pencegahan” atau “intervensi” saja, atau keduanya menjadi satu. Titik berat
salah satunya adalah adanya standar prosedur operasional pemasangan gelang
risiko jatuh.
D. Pengkajian Pasien Resiko Jatuh
1. Yang Harus Diperhatikan
a) Usia
b) Riwayat Jatuh
c) Aktivitas ( ADL )
d) Defisit (Penglihatan, pendengaran )
e) Kognitif
f) Pola BAB dab BAK
g) Mobilitas /motorik
h) Pengobatan :
1) Antihipertensi
2) Hiploglikemik
3) Antidepresan
4) Neurotropik
5) Sedatif, Diuretik
6) Laxative
2. Assesmen Resiko Jatuh
a) Memonitor pasien sejak masuk
b) Memonitor dengan ketat pada pasien yang mempunyai
risiko tinggi : memberikan tanda/ alert ( sesuai warna universal
c) Libatkan pasien atau keluarga dalam upaya pencegahan
risiko jatuh
d) Laporan peristiwa pasien jatuh
E. Klasifikasi Tindakan Sesuai
Skor Keparahan
1. Resiko Rendah (skor 0-5)
a) Pastikan bel mudah dijangkau oleh pasien
b) Roda tempat tidur dalam keadaan terkunci
c) Posisikan tempat tidur pada posisi terendah
d) Pagar pengaman tempat tidur dinaikkan
2. Resiko Sedang (6-13)
a) Lakukan senua pedoman pencegahan untuk resiko rendah
b) Pasangkan gelang khusus (warna kuning) sebagai tanda
pasien resiko jatuh
c) Tempatkan tanda resiko pasien jatuh pada datar nama
pasien (warna kuning)
d) Beri tanda resiko pasien jatuh pada pint kamar pasien
3. Resko Tinggi (>= 14)
a) Lakukan semua pedoman pencegahan untuk resiko rendah
dan sedang
b) Kunjungi dan monitor pasien setiap satu jam
c) Tempatkan pasien dikamar yang paling dekat
dengan nurse station (jika memungkinkan
F.
Alat Bantu Assessment
1. Pasien Dewasa Rawat Inap
a) Morse Fall Scale
b) Hendrich II Fall Risk Model
2. Pasien Dewasa Rawat Jalan
a) Anamnesa riwayat jatuh
b) Get Up and Go
c) Timed Get Up and Go
3. Pasien Anak-Anak Rawat Inap
a) Schmid “Little Schmidy”
b) Humpty Dumpty
G. Pencegahan Pasien Jatuh
1. Mengevaluasi faktor risiko
2. Pencegahan standar:
a) Mengenalkan pasien dengan lingkungan sekitarnya
b) Menempatkan tombol panggilan di tempat yang mudah
dijangkau pasien dan mengajari pasien bagaimana cara menggunakannya
c) Meletakkan benda-benda penting yang
dibutuhkan pasien di tempat yang mudah dijangkau pasien
d) Tempat tidur pasien disiapkan dalam posisi rendah dan
dalam keadaan terkunci
e) Memastikan pasien menggunakan alas kaki yang tidak
licin dan ukurannya sesuai
f) Menyediakan pencahayaan yang cukup, terutama pada
malam hari
g) Pastikan lantai dalam keadaan bersih dan kering
h) Sediakan pengaman (handrails) di kamar mandi dan kamar
pasien, serta di lorong rumah sakit
3. Pencegahan khusus:
a) Gunakan tanda visual untuk memberitahukan risiko jatuh
(seperti: tanda yang dipasang di pintu kamar pasien/di dalam kamar pasien,
gelang penanda, kaos kaki/selimut berwarna, tanda di berkas rekam medis pasien)
b) Dampingi pasien saat pasien ke kamar mandi
c) Tanyakan apakah pasien ingin ke kamar mandi setiap 2
jam sekali (apabila pasien dalam keadaan sadar)
d) Gunakan tempat tidur yang rendah
e) Bila diperlukan, observasi pasien secara berkala
4. Hourly Rounding
Meliputi
4P: Position, Pain assessment, Personal needs (BAK/BAB), Placement
5. Tempat tidur yang rendah
6. Pemasangan alarm bila ada pasien yang jatuh
7. Observasi secara berkala
8. Komunikasi
a) Komunikasi visual (pada rekam medis pasien, gelang
pasien diberi tanda “fall risk”; pemberian kaos kaki atau selimut berwarna)
b) Komunikasi dengan pasien dan keluarga pasien
1) Jelaskan bahwa pasien memiliki risiko untuk jatuh
2) Jelaskan program pencegahan pasien jatuh yang dimiliki
rumah sakit
3) Libatkan pasien dan keluarganya dalam program
pencegahan dan beri kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk memberi
masukan.
H.
SPO
Sasaran keselamatan Pasien
1.
Pengertian
Prosedur kegiatan untuk menilai dan mengevaluasi ulang serta mengambil
tindakan pada pasien yang mempunyai resiko jatuh di berbagai fasilitas layanan
kesehatan di rumah sak
2.
Tujuan
:
a.
Menciptakan
budaya keselamatan pasien
b.
Optimalisasi
penggunaan asesment jatuh untuk menentukan kategori risiko jatuh
c.
Mendeskripsikan
kebutuhan akan perlunya pemahaman faktor risiko jatuh, pencegahan, dan
penanganannya dalam meningkatkan klinis dan kepuasan pasien, serta menurunkan
biaya kesehatan.
d.
Memahami
kunci keberhasilan program faktor risiko jatuh, pencegahan, dan penanganannya.
3.
Kebijakan
:
a.
Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1691/Menkes/Per/VII/2011 Tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
b.
SK
Direktur Nomor 330 Tahun 2012 Tentang Pengurangan Risiko Pasien Cedera Akibat
Jatuh
4.
Prosedur
:
a.
Identifikasi
faktor risiko jatuh dari pasien sesuai dengan form pemantauan pasien jatuh.
b.
Jumlahkan
total skor yang didapat dan kategorikan sesuai dengan jumlah skor yang didapat.
c.
Pasang
gelang berwarna kuning pada pasien.
d.
Intervensi
sesuaikan dengan kategori yaitu :
1)
Skor
Risiko Rendah: 0 – 7
a)
Orientasikan
pasien pada lingkungan kamar / bangsal.
b)
Pastikan
rem tempat tidur terkunci.
c)
Pastikan
bel pasien terjangkau.
d)
Singkirkan
barang yang berbahaya terutama pada malam hari (kursi tambahan dan lain-lain).
e)
Minta
persetujuan pasien agar lampu malam tetap menyala karena lingkungan masih
asing.
f)
Pastikan alat bantu jalan dalam jangkauan
(bila menggunakan).
g)
Pastikan
alas kaki tidak licin.
h)
Pastikan
kebutuhan pribadi dalam jangkauan.
i)
Tempatkan
meja pasien dengan baik agar tidak menghaIangi.
j)
Tempatkan
pasien sesuai dengan tinggi badannya.
2)
Skor
Risiko Tinggi: 8 – 13
a.
Orientasikan
pasien pada lingkungan kamar / bangsal
I.
Komplikasi
Menurut
Kane (1996), yang dikutip oleh Darmojo
(2004), komplikasi-komplikasi jatuh adalah :
1. Perlukaan (injury)
Perlukaan (injury) mengakibatkan rusaknya
jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau tertariknya jaringan
otot, robeknya arteri/vena, patah tulang atau fraktur
misalnya fraktur pelvis, femur, humerus, lengan bawah,
tungkai atas.
2. Disabilitas
Disabilitas mengakibatkan penurunan mobilitas yang
berhubungan dengan perlukaan fisik dan penurunan
mobilitas akibat jatuh yaitu kehilangan kepercayaan diri dan
pembatasan gerak.
J.
Pencegahan
Menurut
Tinetti (1992), yang dikutip dari Darmojo (2004), ada 3 usaha pokok untuk
pencegahan jatuh yaitu :
1. Identifikasi faktor resiko
Pada setiap lanjut usia perlu dilakukan pemeriksaan
untuk mencari adanya faktor instrinsik risiko jatuh, perlu
dilakukan assessment keadaan sensorik, neurologis,
muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering menyebabkan jatuh.
Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan
dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup
tetapi tidak menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak
licin, bersih dari benda-benda kecil yang susah
dilihat, peralatan rumah tangga yang sudah tidak aman
(lapuk, dapat bergerser sendiri) sebaiknya diganti,
peralatan rumah ini sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu jalan/tempat aktivitas lanjut usia.
Kamar mandi
dibuat tidak licin sebaiknya diberi
pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka. WC
sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi pegangan di dinding.
2. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (gait)
Setiap lanjut usia harus
dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam melakukan gerakan
pindah tempat, pindah posisi. Bila goyangan badan pada
saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka
diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi
medis.
Penilaian gaya berjalan juga harus dilakukan
dengan cermat, apakah kakinya menapak dengan baik, tidak mudah goyah,
apakah penderita mengangkat kaki dengan benar pada
saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas
bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu harus
dikoreksi bila terdapat kelainan/penurunan.
3. Mengatur/ mengatasi faktor situasional.
Faktor situasional yang bersifat
serangan akut yang diderita lanjut usia dapat
dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lanjut usia secara periodik. Faktor
situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan mengusahakan perbaikan
lingkungan , faktor situasional yang berupa aktifitas
fisik dapat dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan
lanjut usia. Aktifitas tersebut tidak boleh melampaui batasan yang
diperbolehgkan baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik. Maka di anjurkan
lanjut usia tidak melakukan aktifitas fisik yang sangat melelahkan atau
berisiko tinggi untuk terjadinya jatuh.
K. Penerapan dalam Pelayanan Keperawatan
Contoh-contoh
dalam penerapannya antara lain :
1. Penambahan tempat tidur yang mempunyai penghalang
disamping tempat tidur.
2. Tersedia restrain dan alat dressing yang sesuai dengan
jumlah pasien.
3. Obat-obatan ( perawat melihat efek samping obat yang
memungkinkan terjadinya jatuh)
4. Penglihatan menurun ( perawat dapat tetap menjaga
daerah yang dapat menyebabkan jatuh menggunakan kacamata, sehingga pasien dapat
berjalan sendiri, misalnya pada malam hari.
5. Perawat tanggap terhadap perubahan perilaku pasien.
6. Perawat mengecek seluruh daerah yang dapat menyebabkan
jatuh misalnya sepatu atau tali sepatu yang tidak pada tempatnya.
7. (Jatuh dilantai) perawat mengecek penyebab sering
terjadinya jatuh, misalnya terlalu banyak furniture, daerah
yang gelap, dan sedikit hidarasi ( perawat menganjutkan untuk minum 6-8 gelas
perhari ).
8. Mengorientasikan klien pada saat masuk rumah sakit dan
jelaskan sistem komunikasi yang ada
9. Hati-hati saat mengkaji klien dengan keterbatasan gerak
10. Supervisi ketat pada awal klien
dirawat terutama malam hari
11. Anjurkan klien menggunakan bel bila membutuhkan
bantuan
12. Berikan alas kaki yang tidak licin
13. Jaga
lantai kamar mandi agar tidak licin.
L. Pengurangan Resiko Jatuh pada Pasien di Rumah Sakit
Keselamatan
Pasien merupakan hal utama dalam pelayanan di Rumah Sakit. Jumlah kasus jatuh
menjadi bagian yang bermakna penyebab cedera pasien rawat inap. Rumah Sakit
perlu mengevaluasi resiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi
resiko cedera jika sampai jatuh. Evaluasi resiko jatuh menggunakan skala resiko
jatuh. Pasien yang dirawat di RS akan selalu memiliki resiko jatuh terkait
dengan kondisi dan penyakit yang diderita, contohnya pada pasien dengan
kelemahan fisik akibat dehidrasi, status nutrisi yang buruk, perubahan kimia
darah (hipoglikemi, hipokalemi); perubahan gaya berjalan pada pasien usia tua
dengan gaya jalan berayun/tidak aman, langkah kaki pendek-pendek atau
menghentak; pasien bingung atau gelisah yang mencoba untuk turun atau melompati
pagar tempat tidur yang dipasang; pada pasien dengan diare atau inkontinensia.
Selain
itu faktor lingkungan juga mempengaruhi pasien jatuh, contohnya lantai kamar
mandi yang licin, tempat tidur yang terlalu tinggi, pencahayaan yang kurang.
Sedangkan dampak dari insiden jatuh yang dialami pasien secara fisik adalah
cidera ringan, sampai dengan kematian, secara financial memperpanjang waktu
rawat dan tambahan biaya pemeriksaan penunjang (CT Scan kepala, rontgen, dll)
yang seharusnya tidak perlu dilakukan, dan dari segi hukum berisiko untuk
timbulnya tuntutan hukum bagi rumah sakit.
Meski
demikian, resiko jatuh dapat dicegah dan banyak hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah pasien jatuh dan meminimalkan cidera akibat jatuh. Dengan mengenali
resiko jatuh maka akan dapat diprediksi resiko jatuh seseorang, dan dilakukan
tindakan pencegahan yang sesuai. Oleh karena itu, memahami resiko jatuh,
melakukan tindakan pencegahan, dan penanganan pasien jatuh, merupakan langkah
yang harus dilakukan untuk menurunkan resiko jatuh dan cidera pada pasien yang
dirawat.
Resiko
jatuh dapat dicegah, namun mencegah resiko jatuh bukan berarti pasien harus
membatasi mobilitas dan aktivitasnya (contohnya berjalan, mandi, BAB, BAK, dsb)
dan mengharuskan pasien untuk berada di tempat tidur saja. Oleh karena itu
pencegahan resiko jatuh membutuhkan intervensi dan modifikasi sesuai kebutuhan
individual pasien berdasarkan hasil pengkajian terhadap faktor resiko jatuh
pasien.
Pengurangan resiko pasien jatuh memerlukan
komitmen yang tinggi dari pimpinan dan seluruh staf. Rumah sakit harus memiliki
budaya aman agar setiap orang sadar dan memiliki tanggung jawab terhadap
keselamatan pasien karena pencegahan pasien jatuh merupakan tanggung jawab
seluruh staf di RS baik medik maupun non medik, tetap dan tidak tetap. Seluruh
karyawan harus waspada terhadap risiko jatuh pasien dan berpartisipasi dalam
melakukan tindakan pencegahan diseluruh area rumah sakit dimana pasien berada,
baik area klinis/perawatan maupun area non klinis (contohnya: area parkir,
ruang tunggu, koridor RS, ruang administrasi, dll).
Sebagai
upaya pengurangan risiko jatuh dan cidera yang ditimbulkan akibat jatuh maka RS
menetapkan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Mengenali faktor resiko
jatuh dan melakukan penilaian risiko melalui pengkajian awal dan pengkajian
ulang
2.
Melakukan intervensi
pencegahan reisiko jatuh
3.
Memonitor resiko jatuh
Penilaian resiko jatuh menggunakan skala Morse untuk pasien dewasa dan skala
Humpty Dumpty untuk pasien anak - anak.
Penilaian meliputi berbagai aspek
seperti riwayat jatuh, menggunaan alat bantu jalan, kebiasaan berjalan,
kebiasaan berkemih, penyakit dan obat yang dikonsumsi, dan lain-lain.
Biasanya pasien diberikan tanda gelang kuning dan tanda yang akan ditempel di
dekat tempat tidur pasien yang menyatakan bahwa pasien beresiko untuk jatuh.
sehingga perawat melakukan intervensi dan monitoring yang intensif terhadap
pasien beresiko jatuh.
Penilaian terhadap resiko jatuh
diharapkan dapat mengurangi resiko jatuh dan meningkatkan kewaspadaan terhadap
pasien beresiko jatuh. Dengan mengenali resiko jatuh maka akan dapat diprediksi
resiko jatuh seseorang, dan dilakukan tindakan pencegahan yang sesuai. Oleh
karena itu, memahami resiko jatuh, melakukan tindakan pencegahan, dan
penanganan pasien jatuh, merupakan langkah yang harus dilakukan untuk
menurunkan resiko jatuh dan cidera pada pasien yang dirawat.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Memberikan keselamatan
kepada pasien merupakan hal yang sangat penting. Dan untuk mencapai keselamatan
pasien diperlukan sasaran-sasaran keselamatan pasien, salah satunya adalah
mengurangi resiko pasien cedera karena jatuh. Bila resiko pasien cedera karna
jatuh ini bisa dikurangi, maka proses penyembuhan klien akan lebih cepat.
Tanggung jawab sasaran ini terutama ada pada rumah sakit selaku penyedia
fasilitas, namun segala komponen yang terkait juga punya tanggung jawab yang
besar terhadap keselamatan pasien
B. Saran
Sebagai seorang mahasiswa harus lebih banyak lagi belajar dan bertanya agar
lebih bisa mengerti dan memahami tentang keselamatan pasien ini. Karena ini
merupakan salah satu hal pokok yang harus dikuasai.
Daftar
Pustaka
Depkes RI. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta.
DR. dr. Andry, M. M. (2011). Keselamatan Pasien Versi Standar
Internasional IPSG (International Patient Safety Goal). Yogyakarta.
http://id.scribd.com/doc/23021116/makalah-patient-safety diakses 24
November 2016
http://www.scribd.com/doc/78242448/Jtptunimus-Gdl-Ariastikai-5515-3-Babii
diakses 30 November 2016 jam 12.50.
Wikipedia. Cedera. http://id.wikipedia.org/wiki/Cederadiakses
15 Maret 2013 jam 03.18.
http://dokter.legawa.com/?p=144
diakses 30 November 2016 jam 12.55
http://nersrini.blogspot.com.tr/2014/12/assesment-resiko-jatuh.html
Diases 30 November 2016 jam 12.00
http://dokumen.tips/documents/sop-pasien-resiko-jatuh.html#
dikses 30 November 2016 jam 20:06
http://www.kompasiana.com/lusialulu/pengurangan-resiko-jatuh-pada-pasien-di-rumah-sakit_552a8b10f17e61831cd623dc
dikses tanggal 24 november 2016 20: 12
Komentar
Posting Komentar