My Story


       Namaku Muh. Faisal Amir. aku adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara. Aku memang bukan dari keluarga yang kaya. Ayahku hanya seorang Pegawai Negeri Sipil dan Ibuku sudah meninggal 6 tahun yang lalu tepatnya november 2010, ayahku telah menikah lagi sejak 5 tahun silam dengan seorang pegawai honorer. Ayahku Bernama Amiruddin dan Ibuku bernama Agustinah, mereka bertemu sekitar 28 tahun yang lalu dan memutuskan untuk menikah (aku tidak tahu cerita cinta mereka secara detail), setelah beliau menikah, mereka di karuniahi 3 orang putra, anak yang pertama lahir pada 15 Mei 1991 yang diberi nama AHMAD NUR FIRDAUS, seorang bayi yang sehat dan gagah. Saat ini dia telah lulus menjadi sarjana Komputer di salah satu perguruan tinggi swasta di kota makassar namun dia lebih memilih menjadi seorang pengusaha ketimbang bekerja di instansi atau kantoran.

       Setelah kelahiran anak Pertama, lahirlah aku pada hari kamis 29 Mei 1997 mereka memberiku nama MUH FAISAL AMIR. Beliau kembali memiliki anak laki-laki yang tampan, menggemaskan dan lucu. Orang tuaku memutuskan memberikannya nama NINI PARAWANSYAH, terdengar lucu bukan? seorang anak laki-laki tapi di berikan nama seorang anak perempuan, namun di balik nama tersebut sebenarnya orang tuaku memiliki sebuah harapan sebelum memberikan nama itu. Sebelum adikku lahir orang tuaku sangat mengharapkan seorang anak perempuan hadir dalam keluarga kami, pada saat ibuku hamil mereka sudah menyiapkan nama walaupun mereka belum mengetahui jenis kelamin anak tersebut. dan pada hari sabtu 25 November 2000 sekitar jam 15:30 lahirlah adikku, setelah mengetahui anak yang lahir itu adalah seorang laki-laki mereka tetap memberikannya nama tersebut, namun mereka tetap bersyukur karena mereka beranggapan bahwa kelahiran adalah sebuah keajaiban dan mereka yang lahir akan menjalani hidup masing, setiap orang tidak ada yang bisa menjamin akan dilahirkan sesuai keinginan karena hidup itu sudah di takdirkan oleh tuhan. walaupun mereka sangat mengharapkan anak perempuan tapi beliau tetap bersyukur telah di berikan 3 orang anak laki-laki dan membesarkan kami menjadi pria yang tangguh.
          Dimasa kecilku aku bercita-cita menjadi seorang dokter yang mampu mengobati banyak orang, namun itu hanya sebuah cita-cita di masa kecilku, saat ini aku melanjutkan pendidikanku di Batari Toja salah satu perguruan tinggi swasta jurusan Keperawatan di daerah kabupaten Bone. Dimasa kecilku aku lebih banyak tinggal bersama nenekku ketimbang bersama orang tuaku, sejak umurku 4 tahun aku sudah di asuh oleh nenekku dan aku di sekolahkan di salah satu TK  kota bone. Aku diasuh dengan sangat baik serta segala kebutuhanku dipenuhi seutuhnya, sesekali orang tuaku datang menjengukku dari kampung halamanku. Entah mengapa orang tuaku menitipkan aku di nenekku, yang jelas seluruh sepupuku yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi juga tinggal bersama nenekku, maklum nenekku tinggal di kota sedangkan kami berasal dari kampung yang terpencil yang belum memiliki sekolah lanjutan. bahkan kakakku yang lanjut ke SLTP juga tinggal bersama nenekku. Kenangan indah di masa kecilku yang tak bisa kulupakan adalah setiap pagi aku selalu diantar ke sekolah dangan membawa bekal yang telah di siapkan sebelumnnya ketika pulang sekolahpun terkadang di jemput ataupun pulang bersama sepupuku yang juga sekelas denganku, walaupun kami baru berusia 5 kami sudah berani pulang sendiri karena jarak rumah dan TK cukup dekat sehingga orang rumah tidak terlalu khawatir jika kami pulang berdua.
       Hari-hari kulalui dengan begitu cepat, saat itu usiaku sudah menginjak 6 tahun setelah lulus dari TK aku kembali ke orang tuaku yang berada di kampung, ayahku adalah seorang kepala sekolah dan aku di sekolahkan di tempat yang ia pimpin. Meskipun aku mendapatkan predikat sebagai anak kepala sekolah namun aku tidak mendapatkan hak yang istimewah, aku mendapatkan perlakuan yang sama dengan teman-temanku. Mata pelajaran yang paling ku benci ketika SD iyalah matematika, mata pelajaran yang sangat menyebalkan. Setiap jam pelajaran matematika guruku selalu mengadakan quis ataupun menyuruh kami untuk menghapalkan perkalian jika kami tidak menghapalnya maka kami akan mendapatkan hukum dan setiap mata pelajaran matematika pasti aku selalu memperoleh hadiah berupa hukuman. Namun prestasi yang paling membanggakan dariku yaitu ketika aku kelas lima, sekolah memilih aku beserta salah satu teman kelasku untuk mengikuti lomba MIPA (Matematika Ipa) tingkat kecamatan, aku di berikan kepercayaan untuk mengikuti lomba IPA se-kecamatan dan akhirnya aku berhasil menjuarai lomba itu dan dikirim ke kabupaten untuk mewakili kecamatanku, namun sayang di kabupaten aku hanya mampu berada di posisi ke 18, namun yang paling aku banggakan ialah meskipun aku berada di posisi ke 18 namun aku telah mengalahkan ratusan orang dari kecamatan lain sungguh pencapaian yang luar biasa bagiku. Di sekolahpun prestasiku lumayan baik setiap akhir semester aku selalu berada di rangking 2 bahkan rangking 1. setiap jam isirahat aku dan teman-temanku selalu memainkan permainan tradisional maklum pada jaman itu belum ada gedget ataupun Playstation, jadi kami selalu berinteraksi satu sama lain. Setelah pulang sekolah aku tidak terlalu banyak bermain maklum orang tuaku melarang aku untuk pergi bermain jauh dari rumah. apalagi ke sungai maklum kampungku berada di dekat hutan maka banyak sungai dan pegunungan namun aku sering mencuri waktu untuk ke sungai bersama temanku tapi ketika ketahuan ke sungai oleh orang tuaku maka aku akan mendapatkan hukuman, aku hanya bermain dengan adikku ataupun jika teman-teman datang kerumahku untuk bermain meskipun begitu aku tetap merasa senang dan tidak pernah merasa bahwa masa kecilku kurang bahagia karena orang tuaku tetap memperhatikan anak-anaknya dan memanjakan anak-anaknya meskipun mereka memiliki aturan sendiri untuk di patuhi. Salah satu kegemaranku saat itu adalah membaca buku, sebulan biasanya membaca buku 3-4 meskipun hanya buku cerita. mempunyai seorang adik adalah hal yang menyenangkan sekaligus menjengkelkan apalagi memiliki saudara laki-laki setiap harinya bisa bertengakar namun tak pernah beradu fisik.
Bersambung . . .

"Mencoba Melangkahi orang lain adalah sikap pengecut,Itu artinya kau tidak cukup percaya diri untuk menghadapi lawan dan bicara pada mereka dengan sudut pandang yang sama, tidak pedulu berapa banyak kekuatan yang kau punya.

Aku tidak ingin menjadi seorang pengecutAku akan bertarung dan terluka untuk bertahan hidup,Setidaknya di tempat yang sama dengan orang lain."

Komentar

  1. cerita yang menarik, di tunggu postingan selanjutnya.. (Y) GOOD JOB...

    BalasHapus
  2. cerita yang menyentuh, ceritanya sungguh menarik... amazing... di tunggu postingan s4elanjutnya bro....

    BalasHapus
  3. terima kasih telah berkunjung di blog saya, tunggu postingan-postingan saya selanjutnya... jangan pernah bosan yah... semoga dapat menginspirasi...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resiko Pasien Jatuh

Karya Tulis Ilmiah

Dia Memilih Sahabatku